SEPENGGAL KENANGAN DARI TAMAN BUNGKUL
By. Rikard
Tanggal 17 Oktober 09. Teman-teman Burawijaya Yosakoi Kurabu Fakultas Ilmu Budaya berangkat ke Surabaya untuk mengikuti sebuah perhelatan Festival Yosakoi yang diselenggarakan Pemerintah Kota Surabaya bekerjasama dengan Pemerintah Kota Kochi. Festival ini diadakan di Taman Bungkul. Sebenarnya peperangan ini dimulai jam tujuh pagi pada hari Minggu Wage tanggal e wolulas sasine sepuluh, nanging Tanggal 17 Oktober jam 3 sore rekan-rekan harus mengikuti gladi bersih hingga jam 5 sore. Kami meluncur pada jam 13.00 WIB, 40 Mahasiswa beserta 2 Dosen (Isnin Sensei dan Sonomura Sensei) berangkat KeSurabaya menggunakan Bis Restu. Tak lupa sebelum berangkat dapat saku wejangan dari mami tercinta.
Setelah Gladi bersih rombongan segera menuju jalan Ngagel Madya untuk beristirahat disebuah gedung yang disebut anak-anak KPMB (Markas Mahasiswa Balikpapan). Keceriaan tertuang di panasnya Surabaya sambil menyusun beberapa strategi untuk berperang esok hari. Ada yang makan, main bola, antri mandi, cowok-cowok pada nongkrong dan cewek-ceweknya pada nggosip semua.
Kepedulian mereka yang membimbing kami tercium malam itu dimana beberapa wong sing digugu lan ditiru, menjenguk keberadaan kami yang serba tak layak untuk dikorankan. Sebuah dukungan moral yang sangat berarti untuk kami yang merindukan kasih sayang dan perhatian dari mereka yang ingin memperhatikan.
Kira-kira jam 11.00 WIB rekan-rekan sudah memanjakan diri menghayal bersama mimpi-mimpi. Kasihan mereka sudah berangakat terhalang macet, bisnya tidak ber-AC lagi. Namun beberapa pasang mata masih belum juga terpejam. Mereka ternyata kebingungan. “lek nggawe slimut panas, tapi lek ga nggawe malah amal nang nyamuk terus yok po kie”. Coba tebak siapa dia…(mas Jeje ngroweng-ngroweng)
Jam 02.00WIB Mbak Icuz yang bertugas sebagai kaptainnya Yosakoi udah operasi sambil teriak-teriak “Ayo mandi-mandi selak awan rek” (Sampai-sampai ayam tetengga sebelah kagetdan mati). Dan pada hari sebelumnya pun sudah ditentukan siapa yang mandi duluan.
“Ben gak rebutan” iku jare wong jawa.
Memang kamar mandinya Cuma 3 dan yang harus membersihkan badan 38 an orang. Taihen desuga…. Shikataga nai. Coba bayangkan sebentar bagaimana kalau ada yang kelebet boel… Berakit-rakit ke hulu dan berenang-renang kemudian. Atau malah mati kemudian.
Sementara yang sudah segar segeralah dimakeup oleh mbak Eka dan kawan-kawannya. Sang pemuda mengenakan baju perang warna hijau muda berseling batik. Dan sang penggoda jiwa lelaki mengenakan baju perang dengan mode yang sama namun berwarna merah muda diseringai indahnya batik.(ia pakai batik aja dariapda batiknnya dipakai Malaysia )
“Wuuiiihhhh make upnya eduunnnn “ Pikirku dalam bubung angan-angan.
“Yang perutnya lapar bisa makan roti tawar” Lagi-lagi mbak Icuz berkoar-Koar kayak kenalpotnya motornya mas Karduz(dulu).
“Semua sudah siap!!!!” Ucap mas Jeje.
Wah ternyata jam 6.00 udah pada kayak setan semua. Ini memang riasnya bertema setan, atau yang merias kurang mahir? Atau yang dirias itu memang seperti itu adanya…. Ahhhh itu kayaknya ga penting yang penting segera persiapkan peluru, penuhi ruang-ruang kosong itu dengan amunisi dan mulai berperang demi sebuah harga diri.
Ehhh ternyata keajaiban terjadi pagi itu sebelum berangkat mas Arip, mas Kardus, pak Sopir, mas Dida, Pak Andi olah raga. Olahraganya mendorong roti tawar berkelir hijau. Lengakap dengan donat warna hitam berhiaskan aluminium ditengahnya.
Grunggggggg “haiii dekimashita, ja iko! ” semua masuk roti tawar berangkat ke Taman Bungkul. Denger-denger di sini ternyata ada makan seorang Sunan yang namanya diabadikan menjadi nama tempat itu. Kore ha Sunan Bungkul to iimasu.
Tak lama kemudian rekan-rekan sudah tiba di lokasi, segera keluar dari roti tawar dan menuju medan perang. Semua sudah siap dengan peralatan perang mulai dari baju dan pegangan tangan. Karena menurut aturan para penari harus membawa senjata yang dinamakan naruko. Sudah tiba di medan perang saling psywar… menunggu saatnya sambil menikmati sapaan hangat mentari dari timur. Ternyata musuhnya banyak sekali dari anak Tk sampai Orang sudah hampir pergi padaNya. Yaampunnnn.
Sengatannya kian kuat menusuk ari. Dan kini saatnya berperang demi sebuah nama besar.
“Berikutnya dari Universitas Brawijaya Malang dengan pendamping Baby Anis Karyawati” Suaranya keluar dari sebuah kotak berukuran 2x3 meter berwarna hitam.
Aku juga tidak tahu suara siapa itu. Jarene wong jowo ono sworo tanpo rupa. Kami tak hanya membawa nama Fakultas tapi Universitas *(ii ten desu). Tengterenteng-tengterenteng prekprekprekk prekk suara senjatanya berbunyi memekakkan siapapun yang mendengarnya(majas hiperbola). 2 kali berperang wuhhh. Kami berperang melawan panas matahari melawan ganasnya bubur minyak yang tumpah di sepanjang medan.
Owww yo meh lali aku, di balik ini semua ada Ef sensei, ada Andi Sensei ada Amri Sensei, Sonomura Sensei, ada mas Aru, mas Eko, ada Mbak Devi dan mas Jeje. Ini semua mereka yang mendukung rekan-rekan dan memberi kekuatan moral modal untuk perang.
Kini saatnya untuk menunggu hasilnya. Semua sudah capek, kepanasan hingga senjata dan baju perang mereka ditanggalkan. Semua capek hanya menunggu sebuah atau dua buah patah kata saja. Satu atau Dua.
Lagi-lagi terdengar gaungnya “Number 2 for the best costum of yosakoi, Universitas Brawijaya Malang”
“Kore hontou desuka ?” ada pertanyaan seperti ini. Dan ada juga “shinjirarenai……”. Memang pekerjaan apapun jika kita melakukan dengan senang hati meski perjalanan begitu terjal pasti membuahkan hasil. Dimana ada kemauan disitu pastiada jalan, dan semua pekerjaan itu akan diberkati Tuhan selama kamu tak melupakanNya. Segala peluh, resah, sayah , panas serasa hilang dalam sekerdipan mata ditelan Buto Ijo, semua kesengsaraan itu terbayar tuntas. Tak perlu Satu, Duapu sudah membuat kami bersemangat lagi dalam hidup. Tak dapat kuungkapkan indahnya saat itu……
Tapi sayang berjuta kali sayang ibunda pendamping kami tak dapat menyaksikan secara langsung, karena ibu sedang merantau di negeri seberang demi setitik ilmu baru. Untuk nantinya dibagikan kepada kami. Kata orang Tuntutlah Ilmu hingga ke negeri Sakura”. Ufghh ngawur itu kan kata-ku sendiri.
Menang memang menang tapi masih saja beberapa rekan harus olahraga lagi jika ingin pulang ke markas. Tahukah, sesibuk-sibuknya sensei masih sempat juga ikut kegiatan mahasiswa-mahasiswa yang tak mementingkan nilai akademik saja. Sonomura sensei=menyelesaikan sebagian kecil pekerjaanya di dalam bis. Ii sensei desyo ne….ato ni watashi ha sono sensei ni naritai to omottega dekirudarouka ?.
Setelah membayar upeti 2xRp 20.000 kita semua langsung meluncur alias cabut ke markas. “Senangnya dalam hati bila bisa juara nanaa naa naaa…..”. lambat sayup terdengar deru suara yang melontarkan kami semua hingga kami tak kecapeka an. “Pak sopir, pak kernet maturnuwun nggihhh…” kata seorang oficial yang basah didalam dunia ini. 05.45 hawa dingin mulai memasuki rongga-rongga dalam pembalut ragaku.
Prasasti dari pualam berlapis emas palsu tergendong terpahat beberapa aksara yang menghiasi itu semua. Di pundak tersemat kebanggaan dimana bisa membawa nama diatas nama. Semoga dikegiatan medatang para petinggi bisa lebih menggelontorkan dana lagi. Biar bisa meminjam bis yang ada saljunya. Sehingga ora trenyuh ye nyawang konco-konco, opomaneh buguru saka negeri kembang sakura mesakke banget.
Thanks to:
Tuhan Yang ada disurga yang namanya dimuilakan
Sastra Jepang. FIB UB
Rekan-rekan Badai Yosakoi Kurabu
Rekan-rekan oficiall
Sensei tachi
Special 4 Jack THX ALL U r D’ BEST
Community of KPMB
Pak Ari, Pak Parno
PO. Restu Malang