4 hari yang lalu di pagi-pagi yang masih hijau saya mendengar sebuah percakapan anatara adik saya dan ibu saya melalui telepon, walaupun saya tidak mendengar percakapan ibu saya tapi saya menangkap apa yang mereka bicarakan.
Sebuah kabar yang mengejutkan memang bagi adikku, dan juga keluargaku. Ketika ada kabar berita bahwa adikku mendapat beasiswa ke negeri orang. Kabar gembira, mungkin di benaknya terpikir juga jika kesana akan bisa melihat balap motor paling bergengsi di dunia karena di negara itu diselenggarakan 2 lomba paling bergengsi di dunia. Kabar gembira baginya, tapi tidak untuk orang tuaku. Orang tua merasa senang karena seorang anaknya mendapat beasiswa keluar negeri, namun mereka juga mengkhawatirkan ketika seoang anak harus menuntut ilmu di negeri yang dekat dengan perang. Ibu sangat khawatir, sedangkan adik saya cukup "ngengkel" untuk bisa kesana, sebuah kebanggan baginya mungkin.
tergambar beribu angan harapan di asanya, namun apa kata mereka tak mendukung semua untuk mewujudkan mimpi itu. untuk bisa pergi ke negeri sebrang hanya tinggal di angan saja. Tiga hari setelah pemberitaan itu bapak keMlang untuk mngklarifikasi semua itu. Bagaimana bisa mendapatkannya dan kenapa harus dia dan kenapa harus ke negara itu. Turki, ya itu negara yang berada nun jauh di sana yang menjadi tujuan itu, negara itu mewajibkan siswa di bawah 20 tahun untuk mengikuti wajib militer. kalau saja beasiswa itu tidak di sana, mungkin di negara yang kondisi keamanan terjamin, kemungkinan besar mereka akan langsung mengatakan ya.
kekhawatiran itu muncul, dimana tatkala mendengar kata Turki adalah negara di daerah timur tengan yang dekat denga peraduan senjata di Timur Tengah. Setelah mengklarifikasi akan hal itu, Bapak tak mengatakan ya untuk keberangkatan kesana. Orang Tua sangat sayang akan anaknya, bagaimanapun juga keadaannya. kalau orang tua membiarkan anaknya begitu sja mungkin orang tua itu adalah orang tua GILA yang harus dikirim ke RSJ porong saja. Nah, Ibu Maria dan Yosef saja sangat khawatir ketika anaknay hilang saat pulang dari Bait Suci. Begitu khawatirnya ibu tentang keselamatan. Dan aku yakin ibuku selalu mendoakan aku meskipun aku jarang mendoakannya.
Sore itu wajahnya tampak murung, aku membiarkannya untuk main game dan browsing facebook. Dikerut kening wajahnya menunjukkan kekecewaan yang sangat besar.Harapan-harapan itu pupus, mentalnya sedikit shock dan down. Bagaimanapun juga ibu adalah yang melahirkan kita, karena ibu aku ada. Tak heran kalau ibu selalu menanyakan keadaan anaknya sewaktu-waktu utnuk memastikan apa sudah makan- tadi makan apa ?. "Janagn sekali-kali melakukan kegiatan tanpa iji orang tua, dan jangan melakukannya ketika ibu tak mengijinkannya". Aku sudah pernah mengalami pengalaman pahit ketika ibu tak mengijinkanku dan aku memaksa diri untuk pergi, celaka yang kudapat 12 jam di terminal Probolinggo sudah cukup membuatku jera. Bahwa perasaan ibu sungguh tajam terhadap bisikan alam.
Cukup sudah harapannya. Aku sendiri sebenarnya tak terlalu setuju untuk dia belajar di sana bukannya aku iri, di bisa mendapatkan beasiswa di sna karena aku juga tak ingin dia menanggung resiko yang terlalu besar, dan mungkin untuk kehidupannya, walaupun aku juga punya prinsip "aku tak akan pernah tahu kekuatan arus sungai itu sebelum aku melewatinya". Sekarang tinggal membangun harapan-harapan yang hilang itu. memberikan semangat dorongan. Mental adalah mutlak diperlukan dalam menghadapi kehidupan ini.
terimakasih ini adalah pelajaran bahwa hidup itu memang pilihan, namun ketika yang kita pilih terlalu besar resikonya ?
ya" jangan diteruskan masak mau bunuh diri hahaahahahha.."
Jangan menyerah brother masih banyak tempat untuk menempa diri. Masih banyak kawah candradimuka yang lebih candradimuka......
GOOD LUCK
Sebuah kabar yang mengejutkan memang bagi adikku, dan juga keluargaku. Ketika ada kabar berita bahwa adikku mendapat beasiswa ke negeri orang. Kabar gembira, mungkin di benaknya terpikir juga jika kesana akan bisa melihat balap motor paling bergengsi di dunia karena di negara itu diselenggarakan 2 lomba paling bergengsi di dunia. Kabar gembira baginya, tapi tidak untuk orang tuaku. Orang tua merasa senang karena seorang anaknya mendapat beasiswa keluar negeri, namun mereka juga mengkhawatirkan ketika seoang anak harus menuntut ilmu di negeri yang dekat dengan perang. Ibu sangat khawatir, sedangkan adik saya cukup "ngengkel" untuk bisa kesana, sebuah kebanggan baginya mungkin.
tergambar beribu angan harapan di asanya, namun apa kata mereka tak mendukung semua untuk mewujudkan mimpi itu. untuk bisa pergi ke negeri sebrang hanya tinggal di angan saja. Tiga hari setelah pemberitaan itu bapak keMlang untuk mngklarifikasi semua itu. Bagaimana bisa mendapatkannya dan kenapa harus dia dan kenapa harus ke negara itu. Turki, ya itu negara yang berada nun jauh di sana yang menjadi tujuan itu, negara itu mewajibkan siswa di bawah 20 tahun untuk mengikuti wajib militer. kalau saja beasiswa itu tidak di sana, mungkin di negara yang kondisi keamanan terjamin, kemungkinan besar mereka akan langsung mengatakan ya.
kekhawatiran itu muncul, dimana tatkala mendengar kata Turki adalah negara di daerah timur tengan yang dekat denga peraduan senjata di Timur Tengah. Setelah mengklarifikasi akan hal itu, Bapak tak mengatakan ya untuk keberangkatan kesana. Orang Tua sangat sayang akan anaknya, bagaimanapun juga keadaannya. kalau orang tua membiarkan anaknya begitu sja mungkin orang tua itu adalah orang tua GILA yang harus dikirim ke RSJ porong saja. Nah, Ibu Maria dan Yosef saja sangat khawatir ketika anaknay hilang saat pulang dari Bait Suci. Begitu khawatirnya ibu tentang keselamatan. Dan aku yakin ibuku selalu mendoakan aku meskipun aku jarang mendoakannya.
Sore itu wajahnya tampak murung, aku membiarkannya untuk main game dan browsing facebook. Dikerut kening wajahnya menunjukkan kekecewaan yang sangat besar.Harapan-harapan itu pupus, mentalnya sedikit shock dan down. Bagaimanapun juga ibu adalah yang melahirkan kita, karena ibu aku ada. Tak heran kalau ibu selalu menanyakan keadaan anaknya sewaktu-waktu utnuk memastikan apa sudah makan- tadi makan apa ?. "Janagn sekali-kali melakukan kegiatan tanpa iji orang tua, dan jangan melakukannya ketika ibu tak mengijinkannya". Aku sudah pernah mengalami pengalaman pahit ketika ibu tak mengijinkanku dan aku memaksa diri untuk pergi, celaka yang kudapat 12 jam di terminal Probolinggo sudah cukup membuatku jera. Bahwa perasaan ibu sungguh tajam terhadap bisikan alam.
Cukup sudah harapannya. Aku sendiri sebenarnya tak terlalu setuju untuk dia belajar di sana bukannya aku iri, di bisa mendapatkan beasiswa di sna karena aku juga tak ingin dia menanggung resiko yang terlalu besar, dan mungkin untuk kehidupannya, walaupun aku juga punya prinsip "aku tak akan pernah tahu kekuatan arus sungai itu sebelum aku melewatinya". Sekarang tinggal membangun harapan-harapan yang hilang itu. memberikan semangat dorongan. Mental adalah mutlak diperlukan dalam menghadapi kehidupan ini.
terimakasih ini adalah pelajaran bahwa hidup itu memang pilihan, namun ketika yang kita pilih terlalu besar resikonya ?
ya" jangan diteruskan masak mau bunuh diri hahaahahahha.."
Jangan menyerah brother masih banyak tempat untuk menempa diri. Masih banyak kawah candradimuka yang lebih candradimuka......
GOOD LUCK