Beberapa hari kemarin saya mengikuti training di River Side, Malang. River Side adalah lembaga pendidikan karakter informal di kota Malang. Pagi itu saya mengikuti training disana bersama rekan-rekan Himaprodi Jepang Universitas Brawijaya. Disana kami disambut baik oleh pak owner yaitu bapak Ot Rudarto. Kami melakukan perkenalan, pemanasan dan kemudian welcome drink.
Saat welcome drink inilah saya mendapatkan pelajaran yang begitu berharga untuk saya dan mungkin juga untuk teman-teman. Kami disuguhi permen ke arah kiri dan ke arah kanan adalah biji Mahoni. Semua mendapatkan rata 1-1. Lalu kami diajak untuk merasakan dulu biji Mahoni. Bapak Ot Rudarto memberikan contoh, sepertinya enak . Lalu saya dan rekan-rekan yang lain segera mencoba biji mahoni yang kelihatannya enak itu. bentuknya pun seperti kacang. Tapi ternyata rasanya sangat pahit. Lalu bapak Ot berkomentar " Rek gimana rasanya enak ya " Pertanyaan itu muncul setelah kami yang memakannya cengar-cengir. Semua reflek keluar sesaat setelah menelan biji mahoni. Ada yang kaget, ada yang misuh, ada juga yang nyengar nyengir. "Kalau sudah permennya boleh di makan rekk !" Lalu kami memakan Foxs dan minum teh untuk menghilangkan pahit di mulut. Sambil kami mengenyam welcome drink bapak Ot bercerita. Bahwa biji mahoni itu memang pahit rasanya dan inilah yang akan kita rasakan ketika kita mengarungi kehidupan bersama ada pahit yang akan kita terima dan kita rasakan. Namun, ketika pahitnya realita kita dapatkan janganlah kita telan, karena akan membuat sakit yang tak tersembuhkan sampai kapanpun. Kita tak bisa memungkiri untuk tidak memakannya. Namun kita jangan menelan realita pahit itu. Cukup kita kecap saja dan kita kecap tanpa harus kita menelannya. Untuk memuntahkannya pun juga tidak mungkin. Karena hanya ada 1 jalan untuk memuntahkannya yaitu bunuh diri. namun apakah kita akan mengakhiri hidup ketika kita ada masalah dalam hidup, terlalu bodoh mungkin. "Yah.. setelah kita mengecap/memakan mahoni kita kan makan premen gimana premennya rek ? ".. "Manis pak .." Jawab rekan-rekan. Yah inilah gambarannya kta bisa merasakan sesuatu yang manis karena kita merasakan juga yang pahit. Bagaimana kalau kita tidak merasakan biji mahoni yang pahit tadi, apakah premen itu juga bisa terasa manis ? bagaimana kalau sebelumnya tadi kita makan gula ? mungkin premennya gak manis rekkk. begitu kata beliau.
Disini ada makna bahwa dalam kehidupam kita janganlah untuk menghindari pahitnya kenyataan. Jadikan itu sebagai kekuatan agar hidup kita semakin dinamis. kalau nggak merasakan pahit, mungkin kita ga akana pernah bisa merasa manis. Demikian pula dalam kehidupan jangan pernah lari dari kenyataan. Hadapi saja kenyataan itu dengan legowo. Sesuatu yang manis pasti akan datang kemudian. semoga pembaca mendapat inspirasi untuk diterapkan dalam kehidupan dengan kisah / cuplikan cerita di atas.
Malang 16 MAret 2011.
0 comments:
Posting Komentar
K O M E N T A R